Senin, 08 April 2019


TUGAS  SOFTSKILL
SISTEM  PENGATURAN  PINTU  AIR
    
     Algoritma Dan Pemrograman Kasus Teknik Elektro



JURUSAN  TEKNIK  ELEKTRO
FAKULTAS  TEKNOLOGI  INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
KALIMALANG
2019
PENDAHULUAN
Bencana banjir yang sering terjadi di Indonesia, hal tersebut berdampak langsung dengan daerah-daerah yang dekat dengan aliran sungai. Ketika musim penghujan banyak kawasan perumahan, perkebunan ataupun persawahan yang mengalami kebanjiran, maka dari itu perlu dibuat sistem pengolahan air untuk mengurangi dampak dari banjir tersebut. Salah satu cara pengendalian debit air adalah dengan membuat suatu bendungan atau waduk. Bendungan adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air. Bendungan dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik serta untuk pemanfaatan segala keperluan sektor-sektor yang menyangkut air. Oleh karenanya pengawasan terhadap bendungan perlu dilakukan agar pemanfaatannya dapat dirasakan terus-menerus. Kebanyakan bendungan juga memiliki bagian yang disebut pintu air yang berfungsi untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan sesuai dengan keadaan volume air yang ada pada bendungan itu.
Alangkah baiknya apabila pengendalian pintu air pada bendungan atau waduk bekerja secara otomatis karena perubahan volume air yang selalu berubah-ubah dalam periode waktu yang tidak menentu. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu alat pengendali yang dapat mengukur ketinggian air sekaligus dapat membuka dan menutup pintu air secara otomatis. Dengan sistem yang otomatis ini, faktor kelalaian yang sering terjadi pada manusia pun dapat dihindari, seringnya penjaga pintu kanal banjir lalai dalam mengendalikan pintu kanal banjir menyebabkan volume air yang tidak stabil, akibatnya sering terjadi kerusakan pada lingkungan. Dengan alat ini maka pengendalian volume air akan semakin mudah dan stabil.
Merancang 4 buah pintu air otomatis pada 1 buah bendungan utama dan 2 buah bendungan pembuangan. Dimana 2 buah pintu pada bendungan utama akan pembuangan air pada bendungan utama ke 2 buah bendungan pembuangan. Selain itu alat ini juga bertujuan untuk mengatur agar ketinggian air pada bendungan utama selalu berada pada ketinggian yang telah ditentukan. Proses buka/tutup pintu air berdasarkan level ketinggian air dan laju debit air yang mengalir pada bendungan. Untuk menghitung laju debit air menggunakan metode pengukuran Timed Grafimetric. Debit aliran merupakan jumlah volume air yang mengalir dalam waktu tertentu melalui suatu penampang air, sungai, saluran, pipa atau kran.
Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tidak dapat dimanfaatkan dan berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa dan gerakannya beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi. Pengukuran merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam suatu sistem pengolahan air.
Pada prakteknya, terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengetahui debit air pada saluran terbuka, diantaranya: 1. Dilution 2. Timed Gravimetric 3. Weir atau flume 4. Area velocity Dari beberapa teknik pengukuran diatas penulis menggunakan metode pengukuran Timed Grafimetric, alasannya karena pada metode ini cara pengukurannya sangat sesuai untuk digunakan pada pengujian yang akan dilakukan dengan menggunakan wadah yang telah diketahui volumenya kemudian dilakukan pengukuran waktu yang diperlukan untuk mengosongkan bak penampungan tersebut menggunakan stopwatch.

Diagram Blok
Diagram blok sistem berfungsi untuk menggambarkan sistem pengontrolan pintu air secara keseluruhan dimana sistem pengontrolan pintu air ini terdiri dari suplai daya, mikrokontroler, driver motor, motor DC, sensor ketinggian dan pintu air.




Gambar 3.1. Diagram blok perancangan sistem keseluruhan

Cara kerja yang ditunjukkan pada diagram blok Gambar 3.1 yaitu pertama LCD menampilkan menu untuk mengatur set point sebagai patokan dari ketinggian air pada bendungan. Tombol naik, tombol turun, tombol kembali dan tombol lanjut merupakan tombol untuk mengatur set point sebelum sistem berjalan dengan otomatis. Setelah selesai maka mikrokontroler akan menyimpan data hasil pengaturan dan sensor ketinggian langsung bekerja dan mengukur ketinggian dari air. Sensor 1 pada bendungan utama, sensor 2 pada bendungan pembuangan kiri sedangkan sensor 3 pada bendungan pembuangan kanan.
Hasil dari pembacaan sensor tersebut akan diolah oleh mikrokontroler dan langsung di display di LCD. Tahapan berikutnya yaitu pintu air otomatis. Untuk buka/tutup pintu air menggunakan motor DC. Pada rancangan ini menggunakan 4 buah motor DC yaitu motor 1 (pintu kanan) dan motor 2 (pintu kiri) digunakan untuk buka/tutup pintu air dari bendungan utama sedangkan motor 3 dan 4 digunakan untuk buka/tutup pintu air ke 2 buah bendungan pembuangan.


Perancangan Sistem
Perancangan dan pembuatan alat dibagi menjadi dua tahap, yaitu: pembuatan perangkat keras (hardware) dan tahap perancangan perangkat lunak (software). Perancangan perangkat keras yang dimaksud adalah sistem pengontrolan pintu air dengan menggunakan mikrokontroler, sedangkan perancangan perangkat lunak adalah pembuatan program menggunakan Code Vision AVR yang kemudian program tersebut di download ke dalam mikrokontroler. Sistem pintu air otomatis memiliki fungsi untuk memilih salah satu dari 2 buah pintu air yang akan dibuka pada bendungan utama apabila ketinggian air pada bendungan utama melebihi set point.
Cara pemilihan pintu air pada bendungan utama tergantung dari ketinggian air yang dibaca oleh sensor pada 2 buah bendungan pembuangan. Sedangkan pengukuran ketinggian air dilakukan pada 3 titik pengukuran yaitu bendungan utama dan 2 bendungan pembuangan. Data hasil pengukuran tersebut juga bisa mengendalikan pintu air secara otomatis, jika pembacaan sensor melebihi set point maka pintu air akan membuka secara otomatis. Besar dan lama pembukaan pintu air tergantung dari seberapa besar ketinggian air yang dibaca oleh sensor melebihi setpoint.

Secara umum gambaran dari riancangan bendungan pada alat ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.


Gambar 3.2 merupakan gambar dari rancangan bendungan dimana ukuran dari bendungan utama adalah untuk panjangnya 50 cm, lebarnya 30 cm dan tingginya 30 cm, sedangkan untuk bendungan pembuangan panjangnya 12 cm, lebarnya 12 cm dan tingginya 20 cm. Ukuran dari pintu air pada bendungan utama adalah 10 x 30 cm, sedangkan pada bendungan pembuangan ukuran dari pintunya adalah 8 x 20 cm. Pada tiap bendungan memiliki 1 buah sensor yang berfungsi untuk mengukur ketinggian air.





Gambar 3.3 merupakan bentuk rancangan dari sistem kontrol pada pintu air otomatis.
Perancangan sistem kontrol pada pintu air otomatis terdiri dari:
1. Sistem minimum mikrokontroler ATMega8525 yang berfungsi sebagai sistem yang memberi perintah pada pintu untuk membuka atau penutup pintu air dan membaca hasil dari bacaan sensor ketinggian air.
2. Power supply berfungsi sebagai sumber tegangan untuk menghidupkan semua sistem. 1 2 3 4 Sensor 2 Sensor 1 Sensor 3 LCD Power Supply Sismin Mikrokontroler Driver Motor Tombol 21
3. 2 buah driver motor DC yang berfungsi sebagai pemberi catu daya pada motor karena output dari sensor sangat kecil sehingga perlu diberi catu daya dari luar agar motor dapat berputar.
4. LCD berfungsi untuk menampilkan ketinggian air pada ketiga bendungan.
5. 4 buah tombol, yaitu tombol untuk menaikkan nilai, tombol untuk menurunkan nilai, tombol kembali dan tombol lanjut yang berfungsi untuk mengatur posisi pintu dan nilai dari set point


FLOWCHART




Dari flowchart pada Gambar 3.11 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Start dilakukan dengan cara menghidupkan tombol switch On/Off.
2. Langkah selanjutnya mikrokontroler akan mulai proses inisialisasi program untuk menentukan berapa nilai dari set point pada bendungan utama dan bendungan pembuangan.
 3. Setelah inisialisasi program maka sensor 1 (sensor yang membaca ketinggian air pada bendungan utama), sensor 2 (sensor yang membaca ketinggian air pada tempat pembuangan 1) dan sensor 3 (sensor yang membaca ketinggian air pada tempat pembuangan 2) memulai proses pengukuran ketinggian air.
4. Sistem akan menghitung nilai error dengan cara mengurangi nilai dari set point pada bendungan utama dengan nilai keluaran dari sensor 1.
5. Setelah menghitung nilai error maka sistem akan menentukan seberapa besar pembukaan pintu air pada bendungan utama.
6. Jika pembacaan dari sensor 1 lebih besar daripada nilai set point maka pintu air akan terbuka tapi sebelum membuka pintu sistem terlebih dahulu akan menentukan pintu mana yang akan dibuka berdasarkan pembacaan dari sensor 2 dan sensor 3. Apabila pembacaan dari sensor 2 lebih besar dari sensor 3 maka pintu 2 (pintu yang akan menyalurkan air pada tempat pembuangan 2) akan terbuka, sedangkan jika pembacaan dari sensor 2 lebih kecil dari sensor 3 maka pintu 1 (pintu yang akan menyalurkan air pada tempat pembuangan 1) yang akan terbuka dan apabila pembacaan dari sensor 2 dan sensor 3 sama, maka kedua pintu akan terbuka.
7. Setelah pintu membuka maka sistem akan memberikan waktu jeda tergantung dari seberapa besar error, setelah ketinggian air mendekati set point maka pintu akan menutup kembali secara otomatis.
8. Jika pembacaan dari sensor 1 lebih kecil daripada nilai set point maka pintu air akan tertutup.
9. Jika pembacaan dari sensor 1 sama dengan nilai set point maka pintu air akan tetap pada posisi sebelumnya. 29
10. Sistem akan melakukan proses selama berulang-ulang untuk mengendalikan ketinggian air pada bendungan utama. 11. Apabila sensor tidak lagi melakukan pengukuran ketinggian air maka proses selesai.