Fatimah Kartini Bohang - Kompas Tekno
Selasa, 27 September 2016 | 16:07 WIB
Fatimah
Kartini/Kompas.com Deka (7), bocah Papua yang bermain pistol-pistolan kayu di
pinggir Danau Sentani, Kalkote, Jayapura berfoto bersama jurnalis KompasTekno.
JAYAPURA, KOMPAS.com - Matahari masih terik-teriknya menyembur Tanah Papua pada
pukul tiga sore WIT. Suhu 32 derajat terasa mengiris kulit, tapi toh tak menghentikan
tiga bocah bermain di pinggiran Danau Sentani, Kalkote, Jayapura.
Mulanya Yulius (11) menodongkan pistol kayu ke arah Deka (7). Tak terima sobat kecilnya ditawan, Titus (11) lalu membidik Yulius dengan pistol-pistolan kayu yang ia rakit sendiri. Sekejap ketiganya larut dalam tawa, lalu berlarian ke sana ke mari.
"Rumah kami dekat, di situ rumah saya yang belum jadi," kata Yulius kepada KompasTekno, Selasa (27/9/2016).
Bermain pistol-pistolan menjadi rutinitas sore bocah-bocah sekitar Danau Sentani. Kadang mereka suka lupa waktu, hingga matahari terbenam mengingatkan mereka bahwa sudah saatnya pulang ke rumah.
Mulanya Yulius (11) menodongkan pistol kayu ke arah Deka (7). Tak terima sobat kecilnya ditawan, Titus (11) lalu membidik Yulius dengan pistol-pistolan kayu yang ia rakit sendiri. Sekejap ketiganya larut dalam tawa, lalu berlarian ke sana ke mari.
"Rumah kami dekat, di situ rumah saya yang belum jadi," kata Yulius kepada KompasTekno, Selasa (27/9/2016).
Bermain pistol-pistolan menjadi rutinitas sore bocah-bocah sekitar Danau Sentani. Kadang mereka suka lupa waktu, hingga matahari terbenam mengingatkan mereka bahwa sudah saatnya pulang ke rumah.
Mereka tak kenal smartphone, internet, apalagi media sosial. Tak ada artis Instagram yang mereka buntuti atau kerap diistilahkan "stalking".
Bermain, berlari tanpa alas kaki, melawan terpaan angin, dan menyaksikan matahari perlahan-lahan pamit, sudah cukup membuat mereka bahagia.
Fatimah
Kartini Bohang/KOMPAS.com Kiri-kanan: Titus (11) dan Mulanya Yulius (11), dua
bocah Papua yang asyik bermain pistol-pistolan dari kayu di danau Sentani,
Jayapura, Selasa (27/9/2016).
Membawa peradaban ke Tanah Papua
Papua bisa dibilang salah satu wilayah Indonesia yang belum banyak terpapar teknologi. Tak usah bicara soal video-streaming dan Snapchat, smartphone saja belum banyak yang memilikinya di sini.
Jurnalis KompasTekno merasakan betul perjuangan mencari sinyal seluler ketika pertama kali menginjakkan kaki di Bandar Udara Sentani, Jayapura. Baru sekitar 30 menit hilang dari dunia maya, KompasTekno serasa hilang seutuhnya dari dunia.
Masalah teratasi ketika KompasTekno membeli kartu perdana baru dan menyetel ulang paket internet. Sesekali sinyalnya lancar, tapi lebih sering mandek.
Hal ini menjadi perhatian Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo). Melalui proyek Palapa Ring, pemerintah ingin mengalirkan jaringan internet ke daerah-daerah pelosok, salah satunya Papua.
Pekan ini, Kemenkominfo juga menggelar festival tahunan Desa Teknologi Informasi dan Komunikasi (Destika) di Jayapura. Sebelumnya, Destika pernah digelar di Melung, Majalengka, dan Belitung Timur.
"Ini adalah program untuk membangun desa dari sektor teknologi. Kami ingin semua masyarakat bisa memanfaatkan teknologi secara maksimal," kata Kepala Seksi Penerapan Teknologi dan Infrastruktur Dirjen Aptika Kemenkominfo, Aris Kurniawan, kepada KompasTekno.
Festival Destika bakal digelar mulai besok, Rabu (28/9/2016) sampai Jumat (30/9/2016) di Danau Sentani, Jayapura. Tak kurang dari 1.000 peserta dari perwakilan desa dari seluruh Indonesia, Kemenkominfo, developer, startup, dan Pemda bakal berkumpul untuk saling berbagi ilmu soal pemanfaatan teknologi.
Penulis
|
:
Fatimah Kartini Bohang
|
Editor
|
:
Reska K. Nistanto
|
LINK
BERITA
|
Analisis Artikel Berita
mencakup 3 aspek:
1.
Masyarakat Perkotaan Dan Pedesaan
-Bagi masyarakat
perkotaan, teknologi adalah hal yang penting terutama dalam bidang bisnis.
Hampir 90% orang diperkotaan tidak pernah lepas dari kecanggihan teknologi.
-Sedangkan bagi
masyarakat pedesaan, teknologi mungkin tidak terlalu penting karena masyarakat
pedesaan mungkin sudah saling mengenal dan tidak membutuhkan alat untuk
berhubungan jarak jauh.
2.
Pertentangan Sosial
-Bagi sebagian orang
mungkin banyak yang menilai bahwa perkembangan teknologi tidak hanya
menimbulkan hal positif, melainkan juga dapat menimbulkan banyak hal negatif.
-Oleh karna itu tidak
semua masyarakat menerima teknologi baru sekalipun mereka membutuhkannya. Hal negative tersebut
masih banyak terjadi di masyarakat terutama golongan remaja. Mereka mungkin
mengel pacaran sebelum waktunya.
3.
Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Kemiskinan
-Perkembangan
teknologi memang baik untuk kemudahan berkomunikasi dan juga baik untuk
perkembangan informasi. Banyak orang yang mampu mengembangkan teknologi dari
hal yang paling sederhana sekalipun.
-Namun masih banyak
orang-orang di daerah terpencil yang masih tidak terjangkau oleh kecanggihan
teknologi, seperti yang dialami oleh “bocah” papua tersebut. Bukan karena
mereka tidak mau, melainkan kurang mendapatkan sosialisai mengenai
perkembangan informasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar